JAKARTA, Kompas.com — Perempuan lebih rentan mengalami gangguan jiwa ringan dibandingkan dengan laki-laki. Kerentanan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor biologis dan budaya.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 menyebutkan, prevalensi penduduk berusia lebih d
ari 15 tahun yang mengalami gangguan mental emosional ringan pada perempuan 16 persen dan pada laki-laki 9 persen.
"Perempuan yang kerap diperlakukan sebagai makhluk tidak berdaya menginginkan kesetaraan dengan laki-laki. Namun, pola asuh tidak selalu demikian atau masih mendua," ujar Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Tun Kurniasih Bastaman di sela acara seminar tentang kesehatan jiwa yang diadakan Kementerian Kesehatan, Senin (24/5/2010). Itu pula yang menyebabkan perempuan lebih rentan bunuh diri.
Penanggung Jawab Kesehatan Jiwa pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia, Albert Maramis, mengungkapkan, faktor biologis seperti siklus hormonal, persalinan, dan menopause ikut memengaruhi gangguan emosional pada perempuan.
Tun menambahkan, perempuan dan laki-laki mempunyai risiko yang sama untuk menderita gangguan jiwa berat. Namun, derajat keparahan gangguan kejiwaan berat itu lebih besar pada pria sehingga penderita pria lebih banyak yang harus dirawat di rumah sakit jiwa.
Secara sederhana, gangguan mental atau kejiwaan dapat dikelompokkan menjadi gangguan emosional ringan dan gangguan berat, seperti skizofrenia, manik depresif, dan psikosis.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 menyebutkan, prevalensi penduduk berusia lebih d
ari 15 tahun yang mengalami gangguan mental emosional ringan pada perempuan 16 persen dan pada laki-laki 9 persen.
"Perempuan yang kerap diperlakukan sebagai makhluk tidak berdaya menginginkan kesetaraan dengan laki-laki. Namun, pola asuh tidak selalu demikian atau masih mendua," ujar Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Tun Kurniasih Bastaman di sela acara seminar tentang kesehatan jiwa yang diadakan Kementerian Kesehatan, Senin (24/5/2010). Itu pula yang menyebabkan perempuan lebih rentan bunuh diri.
Penanggung Jawab Kesehatan Jiwa pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia, Albert Maramis, mengungkapkan, faktor biologis seperti siklus hormonal, persalinan, dan menopause ikut memengaruhi gangguan emosional pada perempuan.
Tun menambahkan, perempuan dan laki-laki mempunyai risiko yang sama untuk menderita gangguan jiwa berat. Namun, derajat keparahan gangguan kejiwaan berat itu lebih besar pada pria sehingga penderita pria lebih banyak yang harus dirawat di rumah sakit jiwa.
Secara sederhana, gangguan mental atau kejiwaan dapat dikelompokkan menjadi gangguan emosional ringan dan gangguan berat, seperti skizofrenia, manik depresif, dan psikosis.
0 Komentar:
B) :F :$ :J :( O: :K :D :M :S :) :O :P :@ :L :8
Posting Komentar
silahkan beri pendapat tentang informasi diatas.